Kalau perang konvensional secara fisik dapat dilihat dalam bentuk kehancuran, terbunuhnya sejumlah orang dan pendudukan wilayah, maka perang cyber ini sebagian besar aktivitasnya terjadi di belakang meja dan tidak kasat mata. Tapi potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh cyber war ini bisa jadi sama membahayakannya dengan perang konvensional.
Aktivitas yang terjadi pada perang cyber ini pada umumnya
adalah kegiatan hacking dan anti-hacking yang dilakukan secara 'resmi' oleh
negara. Tujuannya mulai dari mencuri data hingga melumpuhkan sistem yang
dimiliki oleh negara musuh. Dengan terhubungnya seluruh dunia melalui jaringan
internet, Amerika, China, Rusia, Iran, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang dan
banyak lagi negara eropa dan timur tengah, setiap hari terlibat dalam kegiatan
cyber war ini. Indonesia sendiri pernah terlibat 'cyber war' dengan Malaysia
dan Australia, saat hubungan antar negara mengalami ketegangan beberapa waktu
lalu, tapi sepertinya 'perang' itu bukan disponsori oleh negara.
Seperti juga cyber crime, bentuk cari cyber war sendiri
bermacam-macam. Mulai dari yang non teknis seperti penyebaran propaganda
melalui media sosial, dalam bentuk gambar-gambar maupun artikel atau kegiatan
bully mem-bully. Hingga yang luar biasa canggih seperti penyebaran virus
stuxnet yang dirilis oleh Israel dengan target melumpuhkan reaktor nuklir Iran,
atau peristiwa 'pembajakan' drone Amerika oleh Iran beberapa waktu lalu.
Dari pembahasan atas ketiga terminologi cyber di atas, bahwa
memang sudah saatnya doktrin pertahanan negara mencantumkan pertahanan dari
sisi cyber ini sebagai salah satu doktrin yang harus dimiliki. Dengan memiliki
sumber daya dan kemampuan cyber war, banyak keuntungan yang bisa didapat.
Salah satu yang paling penting adalah bisa efektifitas waktu,
tingkat presisi dan meminimalisir jumlah korban jiwa dari ground force. Contoh
nyata apa yang dilakukan Amerika pada sejumlah perang yang mereka terlibat
hingga saat ini. Kemampuan untuk melakukan pemetaan melalui satelit, yang
dilanjutkan serangan menggunakan drone terhadap target di Irak, Yaman ataupun
Afghanistan, yang semua itu dilakukan dari markas komando 8.000 km jauhnya dari
lokasi target.
Selain itu kemampuan pertahanan dan serangan cyber, bisa
sangat membantu tugas-tugas dari pasukan-pasukan khusus, yang setiap saat
selalu melakukan operasi-operasi senyap untuk kepentingan pertahanan negara.
Kita pasti akan bangga jika suatu saat nanti personil pasukan khusus kita bisa
melakukan operasi seperti Jack Bauer dalam serial '24', yang didukung penuh
oleh kemampuan cyber attack, saat melakukan infiltrasi kepada pihak musuh.
Dan tentu saja, semua itu tentu harus dilakukan untuk
menjaga kesatuan NKRI sebagai harga mati!
Sumber :
1.
http://inet.detik.com/read/2015/08/31/095706/3005339/323/sekilas-tentang-cyber-crime-cyber-security-dan-cyber-war
0 komentar:
Posting Komentar